WILUJENG SUMPING

"Orang PINTAR biasanya banyak ide, bahkan mungkin terlalu banyak ide, sehingga tidak satupun yang menjadi kenyataan. Sedangkan orang BODOH mungkin hanya punya satu ide dan satu itulah yang menjadi pilihan usahanya"
-Bob Sadino-
Diberdayakan oleh Blogger.

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN SELAI LEMBARAN (NANAS DAN PISANG)

Diposting oleh Unknown Minggu, 06 April 2014


Prosedur Kerja :



HASIL DAN PEMBAHASAN 
Hasil pengamatan karakteristik indrawi untuk selai lembaran pisang dan wortel dapat dilihat pada tabel:


1.      Selai Pisang
1
Warna
Kuning tua berbintik hitam. Bintik hitam berasal dari pisang raja itu sendiri yang memiliki karakteristik warna kuning dan berbintik hitam ketika pisang matang.
2
Rasa
Rasa alami pisang sangat terasa pekat dengan rasa manis dari gula yang bersatu, sehingga membentuk rasa selai pisang rasa terasa manis.
3
Aroma
Tidak terlalu menyengat, tetapi aroma alami pisang masih terasa
4
Tekstur
Lembut, sedikit lunak

2.      Selai Wortel


1
Warna
Oranye cerah dan transfaran. Warna khas wortel.
2
Rasa
Rasa yang muncul adalah rasa khas dari lemon bukan dari wortel, hal tersebut diakibatkan dari penambahan lemon yang terlalu banyak sengingga mendominasi rasa wortel sebagai bahan dasar.
3
Aroma
Aroma lemon sangat menyengat dan mendominasi aroma wortel.
4
Tekstur
Lembut dan licin.


Selai adalah produk yang diperoleh dari pencampuran telur, gula, santan atau tanpa penambahan pati dan bahan tambahan makanan yang diizinkan (Dep. Kes. RI, 1993). Food & Drug Administration (FDA) mendifinisikan selai sebagai produk olahan buah-buahan, baik berupa buah segar, buah beku, buah kaleng maupun campuran ketiganya. Pada dasar proses pembuatan selai antara jenis buah yang satu dan yang lainnya sama, hanya perlu perlakuan yang sedikit berbeda atas jenis buah yang digunakan. Secara garis besar cara pembuatannya adalah pembersihan, penghancuran, pemasakan dan pencampuran berbagai bahan tambahannya sampai selai siap untuk dikonsumsi.

Tahapan pembuatan selai diawali dengan menyediakan bahan dasar pembuatan yaitu pisang dan wortel, masing-masing 350 gr. Jenis pisang yang digunakan dalam praktikum ini adalah pisang raja yang mimiliki karakteristik warna kuning kecoklatan dan warna kuning kecoklatan berbintik hitam pada dagingnya. Sedangkan untuk wortel menggunakan wortel yang umum digunakan yaitu dari spesies: Daucus carota L dengan asam yang digunakan dari jeruk lemon.

Tahap pertama yaitu pisang diblansing pada suhu 900C selama 30 detik sedangkan wortel tidak diberi perlakuan blansing. Kemudian pisang dan wortel diberi perlakuan pendahuluan atau minimally processing. Tujuan dari minimally processing ini adalah untuk meningkatkan rasio luas permukaan terhadap volume dari bahan pangan, memperbaiki efisiensi dan kecepatan ekstraksi dari komponen terlarut (contoh estraksi jus dari potongan-potongan buah), menyebabkan pencampuran bahan-bahan lebih sempurna, contohnya pembuatan kue. Minimally processing juga menyebabkan Aktivitas enzim, senyawa-senyawa metabolit sekunder, peningkatan produksi etilen, peningkatan laju respirasi, flora mikroba. Adanya aktivitas enzim fenolik yang kontak dengan oksigen pada buah pisang sehingga mengalami pencoklatan enzimatis, hal tersebut bisa diatasi dengan cara penambahan asam (asam sitrat). 

Alat yang digunakan pada tahap penghalusan pisang dan wortel adalah blender. Pisang dan wortel diblender sampai hancur lembut sehingga berbentuk bubur/fure, pada tahapan ini diberi penambahan air 70ml. Fungsi air disini adalah sebagai pelarut. Setelah pisang dan wortel menjadi bubur, kemudian bubur dicampurkan dengan larutan agar-agar. Fungsi agar-agar selain sebagai bahan pembentuk gel, juga dimanfaatkan sebagai pengental, penstabil dan pengemulsi. 

Pemasakan bubur buah berlangsung pada suhu 90-950C selama 5 Menit. Selama proses pemasakan berlangsung bubur buah pisang ditambahkan asam sitrat 2g dan ditambahkan ekstrak lemon pada bubur wortel. Penambahan asam berfungsi sebagai pemberi rasa asam, pencegah  kristalisasi  gel, dan penjernih  gel  yang dihasilkan. Asam sitrat juga dapat memberikan kekuatan gel  yang lebih tinggi, dapat menghambat pencoklatan enzimatis, menurunkan after taste   yang tidak diinginkan (Suryani, 2004).

Setelah proses pemasakan, kemudian tahap pencetakan. Pada tahapan pencetakan, gula ditambahkan untuk memperoleh tekstur, penampakan, penambah cita rasa, pengawet, bahan perubah warna, bahan untuk memperbaiki susunan dalam jaringan dan flavor yang ideal dan berpengaruh terhadap kekentalan gel.

Setelah itu masuk pada proses pendinginan selama 2 menit. Setelah selai dingin, kemudian selai dipotong 8cm x 8cm dengan ketebalan 0,2 cm. Kemudian selai dikemas dan siap untuk dikonsumsi.

Mutu selai lembaran ditentukan oleh kekenyalan/ketahan selai lembaran ketika mendapatkan perlakuan tekanan, tarikan atau dengan kata lain tidak mudah rusak.

0 komentar

Posting Komentar

Translate

KECAP LEGENDARIS MAJALENGKA

PASANG IKLAN ANDA DISINI

NGOBROL DISINI